Pada hari-hari di mana ia [St. Xaverius] tinggal di pulau tersebut [Ambon]. Ia mengunjungi tujuh desa Kristiani dan mendirikan salib-salib di seluruh desa tersebut untuk menghibur para umat beriman. Salah satu dari salib ini setelahnya menjadi terkenal oleh karena mukjizat berikut yang  menakjubkan.

Musim kemarau yang ekstrem menyebabkan derita kelaparan. Beberapa wanita, yang sebelum pembaptisan mereka, telah terbiasa menggunakan jimat untuk mendatangkan hujan, berkumpul di sekeliling sebuah berhala, dan menyembahnya dengan perayaan gaib seperti biasanya. Tidak perlu dikatakan bahwa hal ini tidak menghasilkan apa-apa. Seorang wanita Kristiani yang saleh, yang mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan, berlari kepada mereka, dan menegur mereka dengan keras oleh karena kegilaan mereka yang nista ini, memarahi mereka terutama karena mereka tidak mencari perlindungan, lewat salib yang berada begitu dekat dengan mereka.

‘Bukankah sang Romo yang suci itu berjanji kepada kita’, ujarnya, ‘bahwa kita pasti akan mendapatkan apa pun yang kita cari di kaki salib?’ – Sambil berkata demikian, ia menuntun para wanita yang lain ke tepi sungai, di mana Xaverius telah mendirikan seuah salib. Ia tersungkur di hadapan salib itu, dan memohon Juru Selamat kita untuk mengacaukan berhala itu dengan memberikan mereka air. Segera, awan pun mulai berkumpul dan hujan segera turun begitu derasnya. Mereka semua berlari kepada berhala itu, menjatuhkannya, menginjak-injaknya di bawah kaki mereka; setelahnya, membuangnya ke sungai, dan berkata dengan penuh kebencian, bahwa walaupun mereka tidak dapat memperoleh setetes pun hujan darinya, mereka akan memberikannya seluruh sungai”.

Catatan kaki:

Diterjemahkan dari The Life of St. Francis Xavier of the Society of Jesus [Riwayat Hidup St. Fransiskus Xaverius dari Serikat Yesus], diterjemahkan dari buku berbahasa Prancis Romo Dominic Bouhours, Philadelphia, Eugene Cummiskey, 1841, hal. 161.