Banyak orang Kristen non-Katolik yang mengaku diri percaya akan Kristus menyangkal bahwa Maria adalah Bunda Allah. Video ini akan membahas masalah yang sangat penting ini dan menunjukkan mengapa orang-orang non-Katolik ini salah. Contohnya, “pendeta” Baptis Steven Anderson berpikir bahwa adalah suatu doktrin sesat dan suatu bidah untuk percaya bahwa Maria adalah Bunda Allah – walaupun sebenarnya apa yang ia percayai adalah suatu bidah dan penghujatan yang menyangkal kebenaran akan Yesus Kristus.
[Anderson:] Ia adalah bunda Yesus hanya dalam makna duniawi dan untuk membuat lompatan logika itu dan menyebutnya Bunda Allah adalah doktrin sesat dan bidah…
Anderson berargumentasi bahwa walaupun Yesus adalah Allah, dan Maria adalah Bunda Yesus, Maria bukanlah bunda Allah karena Allah menciptakan Maria. Sebelum kami membantah dan mengekspos argumen yang salah ini, pertimbangkanlah hal berikut: bidah yang dipromosikan oleh Anderson tentang masalah ini, yang menyangkal fakta bahwa Maria adalah Bunda Allah, disebut sebagai bidah Nestorian.
Gereja Kristen, yakni, Gereja Katolik, mengutuk bidah itu pada abad kelima. Bidah Nestorian, yang dipercayai oleh Anderson dan banyak orang non-Katolik lainnya, membagi Yesus menjadi dua pribadi. Bidah tersebut menyangkal kenyataan bahwa Yesus Kristus adalah satu Pribadi Ilahi dengan dua kodrat. Para pengikut bidah ini sebenarnya tidak percaya bahwa Putra Allah, yakni pribadi kedua dari Allah Tritunggal, menjadi manusia. Sebaliknya, mereka percaya bahwa Yesus adalah seorang manusia yang bersatu dengan pribadi Putra Allah. Alhasil, mereka membagi Yesus menjadi dua pribadi yang berbeda atau dua individu yang berbeda.
Perhatikan bahwa Anderson berkata secara eksplisit bahwa Maria bukanlah Bunda Allah – dan bukan Bunda Kristus – tetapi hanya bunda dari manusia Yesus.
[Anderson:] Apakah Yesus adalah keturunan Maria secara jasmani? Ya. Tetapi apakah Maria adalah Bunda Allah? Tidak. Apakah Maria adalah Bunda Kristus? Tidak. Maria adalah bunda dari manusia Yesus.
Untuk berkata bahwa Maria adalah bunda dari manusia Yesus – tetapi bukan bunda Kristus – adalah penyangkalan terhadap fakta bahwa manusia Yesus sama dengan Kristus. Tetapi Kitab Suci tentunya secara eksplisit merujuk kepada manusia Kristus Yesus. Sang manusia adalah Kristus.
“…manusia Kristus Yesus”
- 1 Timotius 2:5
Yesus adalah satu pribadi yang esa. Ia adalah Allah dan manusia dan Kristus. Pernyataan Anderson menolak kebenaran yang mendasar dari Kekristenan bahwa sang manusia Yesus adalah Kristus.
“…sebelum Abraham ada, Aku ada.”
- Yohanes 8:58
[Anderson:] Apakah Maria adalah Bunda Kristus? Tidak. Maria adalah bunda dari manusia Yesus.
Di samping itu, untuk berkata bahwa Maria adalah Bunda Yesus, tetapi bukan Bunda Allah, adalah untuk menyangkal fakta bahwa Yesus adalah Allah.
Tetapi, argumen yang dikemukakan oleh para bidah seperti Anderson, adalah bahwa Yesus telah ada sebelum Maria dan menciptakan Maria, jadi Maria tidak mungkin adalah Bunda Allah.
[Anderson:] Jadi, walaupun Yesus adalah Allah, dan walaupun Maria adalah Bunda Yesus, anda menggunakan logika yang cacat di sini, karena ia hanyalah bunda Yesus secara manusiawi. Karena Yesus, sebagai Allah, sudah ada sebelum Maria dilahirkan, jadi ia bukan Bunda Allah. Ia adalah bunda Yesus hanya dalam makna duniawi dan untuk membuat lompatan logika itu dan menyebutnya Bunda Allah adalah doktrin sesat dan bidah…
Tetapi argumen itu hanya menyingkap betapa mereka gagal total untuk mengerti masalah ini serta iman Kristiani. Apa yang tidak dimengerti oleh para bidah seperti Anderson adalah bahwa karena Yesus Kristus adalah satu Pribadi Ilahi dengan dua kodrat, apa yang dinyatakan tentang – atau yang dikatakan sebagai atribut dari kodrat manusiawi Yesus dinyatakan tentang atau dikatakan sebagai atribut dari Pribadi Ilahi Yesus, yakni, pribadi kedua dari Allah Tritunggal Mahakudus, walaupun hal tersebut tidak dinyatakan tentang kodrat ilahi-Nya.
Izinkan saya mengulanginya:
Apa yang dinyatakan tentang – atau dikatakan sebagai atribut dari kemanusiaan Yesus dinyatakan tentang atau dikatakan sebagai atribut dari Pribadi Ilahi-Nya, walaupun hal itu tidak dinyatakan tentang kodrat ilahi-Nya, karena “…Sabda itu telah menjadi daging…” Yohanes 1:14
Dalam kata lain:
Semua ciri-ciri, atribut, dan pengalaman manusiawi dari Yesus sungguh-sungguh dimiliki oleh Yesus yang satu, yang adalah Allah, walaupun hal-hal tersebut bukanlah atribut-atribut ilahi-Nya atau dinyatakan tentang kodrat ilahi-Nya.
Sebabnya adalah bahwa Yesus, sang Putra Allah, adalah satu Pribadi Ilahi dengan dua kodrat. Tidak terdapat dua Yesus.
Kita melihat kebenaran ini di dalam Kitab Suci, misalnya, Wahyu 2:8:
“Yang Awal dan yang akhir, yang telah mati dan telah hidup kembali, mengatakan hal-hal ini…”
- Wahyu 2:8
Ini adalah kata-kata Yesus Kristus yang dicatat oleh Santo Yohanes. Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sendiri sebagai Yang Awal dan Yang Akhir. Yang Awal dan Yang Akhir adalah suatu gelar untuk Allah, lihatlah Yesaya 44:6.
“Akulah yang awal dan Aku yang akhir, dan tidak ada Allah selain Aku.”
- Yesaya 44:6
Di dalam Wahyu 2:8, Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sendiri sebagai Allah saat Ia berbicara tentang Pribadi Ilahi-Nya, tetapi Ia berkata bahwa Ia adalah Yang Awal dan Yang Akhir “yang telah mati”. Di dalam ayat ini, kata-kata “yang telah mati” merujuk secara gramatikal kepada Yang Awal dan Yang Akhir. Kata-kata tersebut merujuk kepada Allah.
“Yang Awal dan yang akhir, yang telah mati dan telah hidup kembali, mengatakan hal-hal ini…”
- Wahyu 2:8
Tetapi Allah, Yang Awal dan Yang Akhir, tidak dapat mati di dalam kodrat ilahi-Nya.
“Akulah yang awal dan Aku yang akhir, dan tidak ada Allah selain Aku.”
- Yesaya 44:6
Allah tidak dapat mati sebagai Allah, sebab jika Ia mati sebagai Allah, maka segala hal tidak lagi akan ada. Allah menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan, Ibrani 1:3.
“…[Alllah] menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan...”
- Ibrani 1:3
“…di dalam Dia kita hidup, dan bergerak, dan ada…”
- Kisah Para Rasul 17:28
Jika Allah mati atau telah mati di dalam kodrat ilahi-Nya, tiada suatu keberadaan pun yang tersisa. Juga, karena Allah imutabel, Ia tidak dapat mengalami perubahan, seperti berubah dari hidup menjadi mati.
“Sebab Aku, Tuhan, tidak berubah…”
- Maleakhi 3:6
Mustahil bagi Allah untuk mati di dalam kodrat ilahi-Nya.
“…di dalam Dia kita hidup, dan bergerak, dan ada…”
- Kisah Para Rasul 17:28
Tetapi, walaupun Yang Awal dan Yang Akhir tidak dapat mati sebagai Allah, Kitab Suci mengatakan bahwa Yang Awal dan Yang Akhir telah mati – karena Allah Putra telah mati sebagai manusia di dalam kemanusiaan-Nya.
“Akulah yang awal dan Aku yang akhir, dan tidak ada Allah selain Aku.”
- Yesaya 44:6
“Yang Awal dan yang akhir, yang telah mati dan telah hidup kembali, mengatakan hal-hal ini…”
- Wahyu 2:8
Dan apa yang dinyatakan tentang Yesus sebagai manusia di dalam kemanusiaan-Nya sungguh dinyatakan tentang pribadi Allah Putra, walaupun hal itu tidak dinyatakan tentang kodrat ilahi-Nya atau atribut-atribut ilahi-Nya.
Apa yang dinyatakan tentang – atau dikatakan sebagai atribut dari kemanusiaan Yesus dinyatakan tentang atau dikatakan sebagai atribut dari Pribadi Ilahi-Nya, walaupun hal itu tidak dinyatakan tentang kodrat ilahi-Nya.
“Sebab Aku, Tuhan, tidak berubah…”
- Maleakhi 3:6
Itulah mengapa Maria benar-benar adalah Bunda Allah, dan mereka yang menyangkalnya, menolak Yesus. Untuk menyangkal bahwa Maria adalah Bunda Allah setara dengan menyangkal bahwa Yang Awal dan Yang Akhir telah mati.
“Yang Awal dan yang akhir, yang telah mati dan telah hidup kembali, mengatakan hal-hal ini…”
- Wahyu 2:8
Di dalam cara yang serupa, Wahyu 2:8 berkata bahwa Yang Awal dan Yang Akhir telah hidup kembali – tetapi Allah tidak dapat hidup kembali di dalam kodrat ilahi-Nya. Allah selalu ada, Ia selalu hidup. Keluaran 3:14:
“Yang Awal dan yang akhir, yang telah mati dan telah hidup kembali, mengatakan hal-hal ini…”
- Wahyu 2:8
“AKULAH AKU YANG ADA...”
- Keluaran 3:14
Walaupun Allah tidak dapat hidup kembali di dalam kodrat ilahi-Nya, Wahyu 2:8 berkata bahwa Yang Awal dan Yang Akhir yang telah mati telah hidup kembali – karena apa yang dinyatakan tentang Yesus sebagai manusia di dalam kemanusiaan-Nya sungguh-sungguh dinyatakan tentang pribadi Allah Putra, walaupun hal itu tidak dinyatakan tentang kodrat ilahi-Nya.
“Yang Awal dan yang akhir, yang telah mati dan telah hidup kembali, mengatakan hal-hal ini…”
- Wahyu 2:8
“AKULAH AKU YANG ADA...”
- Wahyu 3:14
Memang, jika apa yang dinyatakan tentang kemanusiaan Yesus tidak dinyatakan tentang Pribadi Ilahi-Nya maka anda tidak akan pernah dapat menyembah manusia Kristus Yesus. Hal itu disebabkan oleh karena daging dan darah Yesus diciptakan. Daging dan darah Yesus tidaklah ada dari segala keabadian.
Tidak seperti kodrat ilahi Yesus yang tidak diciptakan yang telah selalu ada, kodrat manusiawi-Nya diciptakan di dalam waktu, dan diambil oleh sang Sabda sewaktu Ia menjadi manusia di dalam rahim Perawan Maria.
“…sebelum Abraham ada, Aku ada.”
- Yohanes 8:58
Walaupun daging dan darah Yesus bukanlah bagian dari kodrat ilahi-Nya dan tidak telah selalu ada, orang-orang Kristen yang sejati menyembah Yesus di dalam daging karena Putra Allah sungguh-sungguh telah menjadi manusia, dan adalah satu Pribadi Ilahi dengan dua kodrat.
“Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’ Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”
- Yohanes 20:27-28
Maka, Anderson dan para bidah lainnya sama sekali salah menangkap inti hal ini dan mengekspos betapa sesatnya posisi mereka sewaktu mereka menyatakan bahwa mustahil bahwa Maria adalah Bunda Allah karena Yesus telah ada sebelum Maria dan menciptakan Maria.
[Anderson:] Karena Yesus, sebagai Allah, sudah ada sebelum Maria dilahirkan…
Ya, Putra Allah, Tuhan Yesus Kristus, sang Sabda yang abadi , telah ada sebelum segala keabadian di dalam kodrat ilahi-Nya dan sebagai satu Pribadi Ilahi, pribadi kedua dari Allah Tritunggal Mahakudus.
“…sebelum Abraham ada, Aku ada.”
- Yohanes 8:58
Yesus menciptakan segala sesuatu, termasuk Maria. Maria tidak memperanakkan atau melahirkan kodrat ilahi Yesus, dan untuk menyatakan bahwa Maria melakukannya akan merupakan bidah – sama seperti akan merupakan bidah untuk percaya bahwa Allah telah mati di dalam kodrat ilahi-Nya.
“Sebab Aku, Tuhan, tidak berubah…”
- Maleakhi 3:6
Tetapi, fakta tersebut – seperti yang diketahui oleh orang-orang yang mengerti iman Kristiani dan percaya akan Yesus – sama sekali tidak menentang kenyataan bahwa Maria adalah Bunda Allah. Sebab seperti yang kita telah lihat, Putra Allah yang telah ada sejak segala keabadian juga telah menjadi manusia di dalam waktu dan kodrat manusiawi yang diambil-Nya adalah milik-Nya sendiri.
“…Sabda itu telah menjadi daging…”
- Yohanes 1:14
Dan apa yang dinyatakan tentang daging, darah, dan kemanusiaan Yesus Kristus, termasuk kejadian-kejadian di mana Ia telah mati, dan telah dikandung di dalam Maria dan dilahirkan darinya, dinyatakan tentang Allah Putra. Karena Ia, Yesus Kristus, adalah satu Pribadi Ilahi dengan dua kodrat.
“Yang Awal dan yang akhir, yang telah mati dan telah hidup kembali, mengatakan hal-hal ini…”
- Wahyu 2:8
Maka, Maria yang melahirkan Allah Putra di dalam kemanusiaan Allah Putra, adalah Bunda Allah – layaknya Yang Awal dan Yang Akhir, yang hanya mati di dalam kemanusiaan-Nya, telah mati. Itulah apa yang tidak dimengerti dan tidak dipercayai oleh para bidah seperti Anderson, karena mereka bukan orang Kristen.
Dan mari kita perjelas: semua orang yang menyangkal fakta bahwa Maria adalah Bunda Allah menolak Yesus Kristus. Mereka menyangkal bahwa Maria adalah Bunda Allah persisnya karena mereka melawan dan menolak kebenaran akan Yesus.
Di samping itu, untuk mendukung bidah mereka, para bidah seperti Anderson terkadang mencoba untuk mereferensikan Ibrani 7:3. Ayat ini merujuk kepada Melkisedek sebagai tanpa ayah, tanpa ibu, dan dijadikan seperti atau serupa dengan Putra Allah.
[Anderson:] Saya telah menunjukkan kepada anda ayatnya. Saya telah menunjukkan di dalam Ibrani 7:3 di mana Alkitab berkata tentang Yesus: tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa silsilah, juga tanpa permulaan waktu…. Jadi, apakah Yesus pernah memiliki permulaan? Tidak. … dan tanpa mempunyai akhir kehidupan, namun karena dijadikan serupa Putra Allah, Dia tetap tinggal sebagai imam sampai seterusnya. Jadi Yesus tidak memiliki ayah, ibu, silsilah, permulaan waktu, maupun akhir kehidupan. Ia telah selalu ada, Ia adalah Allah.
Pertama, Anderson mengutip Ibrani sepenuhnya secara salah. Ayat itu tidak berkata bahwa Yesus Kristus tidak memiliki ayah, tidak memiliki ibu. Itu adalah suatu pernyataan tentang Melkisedek, dan bukan Yesus.
“Sebab Melkisedek inilah Raja Salem Imam Allah Yang Mahatinggi, yang menyongsong Abraham ketika kembali dari penaklukan raja-raja, dan yang memberkati dia; kepadanya juga Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Yang di satu sisi pertama-tama ditafsirkan sebagai Raja Kebenaran, kemudian di sisi lain juga sebagai Raja Salem, yang artinya Raja Damai. Dia tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa silsilah, juga tanpa permulaan waktu, dan tanpa mempunyai akhir kehidupan, namun karena dijadikan serupa Putra Allah, Dia tetap tinggal sebagai imam sampai seterusnya.”
- Ibrani 7:1-3
Jadi, Anderson telah memberikan gambaran yang salah tentang ajaran Kitab Ibrani. Beberapa orang seperti Anderson percaya bahwa Melkisedek, yakni orang pertama di dalam Kitab Suci yang disebut seorang imam, bukan hanya suatu tipe dari Yesus, melainkan, penampakan Yesus pra-Penjelmaan di dalam Perjanjian Lama. Pandangan itu tidak benar. Melkisedek bukanlah Yesus, melainkan suatu tipe dari Yesus.
“Sebab Melkisedek inilah Raja Salem Imam Allah Yang Mahatinggi, yang menyongsong Abraham ketika kembali dari penaklukan raja-raja, dan yang memberkati dia; kepadanya juga Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Yang di satu sisi pertama-tama ditafsirkan sebagai Raja Kebenaran, kemudian di sisi lain juga sebagai Raja Salem, yang artinya Raja Damai. Dia tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa silsilah, juga tanpa permulaan waktu, dan tanpa mempunyai akhir kehidupan, namun karena dijadikan serupa Putra Allah, Dia tetap tinggal sebagai imam sampai seterusnya.”
- Ibrani 7:1-3
Fakta bahwa Melkisedek bukanlah Yesus adalah alasan bahwa Melkisedek dibedakan dari Tuhan Yesus Kristus di dalam berbagai ayat, seperti di dalam Mazmur 110, suatu Mazmur tentang sang Mesias.
“Tuhan telah bersumpah dan tidak akan menyesal, Engkau [Tuhan Yesus Kristus] adalah imam yang kekal menurut peraturan Melkisedek.”
- Mazmur 110:4
Di dalam Mazmur ini, Tuhan Yesus disapa sebagai engkau di dalam kata ganti orang kedua, sedangkan Melkisedek disebutkan sebagai orang ketiga. Mereka bukanlah orang yang sama. Pernyataan bahwa Melkisedek tidak memiliki ayah, tidak memiliki ibu di dalam Ibrani 7:3 menunjukkan bahwa silsilah Melkisedek tidak dicatat ataupun diketahui. Konteks dari Ibrani 7 berkenaan tentang sifat dan kualifikasi imamat.
Tiadanya silsilah Melkisedek membedakan imamatnya dari imamat Harun, yang berhubungan dengan silsilah.
“Sebab Melkisedek inilah Raja Salem Imam Allah Yang Mahatinggi, yang menyongsong Abraham ketika kembali dari penaklukan raja-raja, dan yang memberkati dia; kepadanya juga Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Yang di satu sisi pertama-tama ditafsirkan sebagai Raja Kebenaran, kemudian di sisi lain juga sebagai Raja Salem, yang artinya Raja Damai. Dia tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa silsilah, juga tanpa permulaan waktu, dan tanpa mempunyai akhir kehidupan, namun karena dijadikan serupa Putra Allah, Dia tetap tinggal sebagai imam sampai seterusnya.”
- Ibrani 7:1-3
Pernyataan bahwa Melkisedek tidak memiliki permulaan waktu atau akhir kehidupan menunjukkan bahwa tidak seperti para imam dari Kitab Imamat, yang hanya dapat melayani untuk suatu kurun waktu tertentu, imamat Melkisedek tidak terbatas kepada suatu kurun waktu. Imamat Melkisedek berbeda dari, dan lebih tinggi derajatnya dari imamat dari Kitab Imamat layaknya imamat Kristus, yang adalah imam yang kekal menurut peraturan Melkisedek. Jadi, Melkisedek bukanlah Yesus, tetapi ia dan imamatnya adalah suatu tipe dari Yesus. Itulah mengapa Melkisedek dideskripsikan sebagai serupa atau seperti Putra Allah. Melkisedek adalah tipe dari Yesus di dalam berbagai cara, dan tidak diidentifikasikan sebagai Putra Allah.
Tetapi bahkan jika seseorang percaya akan pandangan yang salah bahwa Melkisedek adalah suatu penampakan pra-Penjelmaan dari Putra Allah di dalam Perjanjian Lama, hal itu tidak menentang fakta bahwa Maria adalah Bunda Allah, karena Putra Allah belum mengambil daging dari Maria pada masa Melkisedek. Maria menjadi Bunda Allah pada waktu Putra Allah dikandung dan menjadi daging di dalam rahimnya.
Maka, argumen yang dikemukakan oleh para bidah tentang masalah ini sama sekali tidak berbobot. Di samping itu, untuk menunjukkan betapa argumen itu menyesatkan, pertimbangkanlah bahwa sang Putra Allah yang Abadi pastinya memiliki Bapa yang abadi. Putra Allah tidaklah tanpa bapa di dalam kodrat ilahi-Nya.
“Sebab Melkisedek inilah Raja Salem Imam Allah Yang Mahatinggi, yang menyongsong Abraham ketika kembali dari penaklukan raja-raja, dan yang memberkati dia; kepadanya juga Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Yang di satu sisi pertama-tama ditafsirkan sebagai Raja Kebenaran, kemudian di sisi lain juga sebagai Raja Salem, yang artinya Raja Damai. Dia tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa silsilah, juga tanpa permulaan waktu, dan tanpa mempunyai akhir kehidupan, namun karena dijadikan serupa Putra Allah, Dia tetap tinggal sebagai imam sampai seterusnya.”
- Ibrani 7:1-3
Juga, Putra Allah setelah Penjelmaan, pastinya memiliki silsilah manusia. Matius 1:1
“Kitab silsilah Yesus Kristus...”
- Matius 1:1
Untuk menyangkal bahwa silsilah Yesus Kristus adalah silsilah manusiawi dari Putra Allah sederhananya adalah untuk menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah.
“Permulaan Injil Yesus Kristus, Putra Allah.”
- Markus 1:1
Hal itu sama dengan percaya bahwa Yesus Kristus adalah satu pribadi, dan bahwa Putra Allah adalah suatu pribadi yang lain. Itu adalah bidah dan penghujatan – tetapi itu adalah hasil dari penyangkalan bahwa Maria adalah Bunda Allah.
“Kitab silsilah Yesus Kristus...”
- Matius 1:1
Seperti yang dinyatakan secara benar oleh Santo Petrus, Yesus Kristus dan Putra Allah adalah pribadi yang sama: “Engkaulah Mesias, Putra Allah yang hidup.”
“Dia berkata kepada mereka, ‘Dan kamu, kamu menyebut siapakah Aku ini?’ Dan, seraya menanggapi, Simon Petrus berkata, ‘Engkaulah Mesias, Putra Allah yang hidup!’"
- Matius 16:15-16
Itulah mengapa Maria, yang dideskripsikan sebagai “-Nya” – yakni, bunda Yesus Kristus – di dalam Matius 1:18 benar-benar adalah Bunda Allah.
“…kelahiran Yesus Kristus… Maria, ibu-Nya…”
- Matius 1:18
Jadi, mereka tidak dapat berargumen bahwa semua kata-kata ini: tanpa ayah… tanpa ibu… tanpa silsilah, yang dituliskan tentang Melkisedek – berlaku kepada kodrat ilahi dari Putra, sebab Putra memiliki bapa di dalam kodrat ilahi-Nya.
“Sebab Melkisedek inilah Raja Salem Imam Allah Yang Mahatinggi, yang menyongsong Abraham ketika kembali dari penaklukan raja-raja, dan yang memberkati dia; kepadanya juga Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Yang di satu sisi pertama-tama ditafsirkan sebagai Raja Kebenaran, kemudian di sisi lain juga sebagai Raja Salem, yang artinya Raja Damai. Dia tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa silsilah, juga tanpa permulaan waktu, dan tanpa mempunyai akhir kehidupan, namun karena dijadikan serupa Putra Allah, Dia tetap tinggal sebagai imam sampai seterusnya.”
- Ibrani 7:1-3
Dan mereka tidak dapat berargumen bahwa semua kata-kata ini berlaku kepada kodrat manusiawi dari Putra setelah Penjelmaan, sebab Ia memiliki sebuah silsilah dan tentunya, seorang ibu, di dalam kodrat manusiawi-Nya.
“Kitab silsilah Yesus Kristus...”
- Matius 1:1
Tetapi, argumen mereka mengharuskan mereka untuk percaya bahwa semua kata-kata ini merujuk kepada kategori yang sama dan tidak berpindah bolak-balik dari kategori yang satu dan yang lain. Maka, untuk membuat argumen mereka, mereka hanya dapat menyatakan bahwa tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa silsilah, yang ditulis tentang Melkisedek, jika diberlakukan kepada Putra, berarti bahwa Putra itu tidak memiliki bunda manusiawi, tanpa silsilah manusiawi sebelum Penjelmaan.
Dan hal itu tentunya sama sekali tidak membuktikan suatu hal apa pun bagi mereka karena Maria belum menjadi Bunda Allah sampai terjadinya Penjelmaan, sewaktu Sabda menjadi daging di dalam rahimnya. Maka, semua variasi dari argumen ini sama sekali menyesatkan dan keliru. Hal itu disebabkan oleh karena ayat tentang Melkisedek sama sekali tidak mengajarkan atau mendukung apa yang mereka kira ajarakan atau dukung.
Anderson juga berargumentasi bahwa Matius 22 membuktikan bahwa Maria tidak mungkin adalah Bunda Allah, karena ayat ini dianggap mengajarkan bahwa Kristus bukanlah Putra Daud.
[Anderson:] Sekarang, lihatlah Matius 22 dan ayat ini akan membantu anda untuk menafsirkan Ibrani 7:3. Ayat ini berkata, “Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepada-Nya: ‘Anak Daud.’ Kata-Nya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’ Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya.” Jadi, lihat, jika Yesus berkata, “Bagaimanakah mungkin Ia anak Daud, jika Daud menyebut Dia Tuannya?” Tetapi izinkan saya mengatakan sesuatu: Yesus menciptakan Maria. Bagaimanakah mungkin Ia adalah anak Maria? Yesus menciptakan Daud, maksud saya, Ia mengkhotbahkan hal ini kepada orang-orang Farisi… Bagaimana mungkin anda berkata bahwa Kristus adalah anak Daud jika Ia menciptakan Daud, sewaktu Daud menyebut-Nya Tuan. OK? Anda mengerti apa yang saya katakan di sini?
Anderson berpikir bahwa Yesus mengajarkan bahwa Kristus, sang Mesias yang adalah Tuhan, tidak mungkin adalah anak Daud, karena jika Ia adalah anak Daud, maka Daud tidak dapat menyebut-Nya Tuan. Argumen Anderson tentang hal ini mengekspos bahwa ia sama butanya kepada kenyataan tentang Yesus Kristus dengan orang-orang Farisi yang menolak Yesus.
Anderson telah sepenuhnya gagal untuk mengerti ayat ini. Apa yang Yesus lakukan adalah membingungkan orang-orang Farisi dengan bertanya kepada mereka tentang misteri Sabda yang menjadi daging, misteri manusia Allah.
“Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepada-Nya: ‘Anak Daud.’ Kata-Nya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya…?’ Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya.”
- Matius 22:41-46
Orang-orang Farisi tidak tahu atau tidak mengerti misteri ini, tidak seperti Yesus. Yesus tahu bahwa Ia, yakni Kristus, yang sekaligus adalah Allah sejati dan manusia sejati, telah ada sebelum Daud dan menciptakan Daud – tetapi Ia juga adalah keturunan Daud sebagai manusia. Itulah bagaimana Kristus dapat sekaligus menjadi Tuan Daud dan anak Daud, atau keturunannya.
Maka, Yesus membingungkan orang-orang Farisi dengan menanyai mereka tentang misteri manusia Allah, yang adalah satu Pribadi Ilahi dengan dua kodrat – suatu misteri yang diajarkan di dalam Kitab-Kitab Perjanjian Lama, tetapi yang tidak diketahui ataupun dimengerti oleh para Farisi. Yesus sama sekali tidak menyangkal bahwa Kristus Tuhan, adalah seorang putra atau keturunan Daud seperti yang disiratkan secara salah oleh Anderson, bidah yang buta itu. Kenyataan bahwa Maria adalah Bunda Allah adalah mengapa kita membaca hal berikut di dalam Lukas 1:43:
Elisabet berkata: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
- Lukas 1:43
Kitab Suci mengajarkan bahwa Maria adalah Bunda Tuhan. Tuhan yang disebutkan di dalam konteks ini adalah Allah. Lukas 1 menggunakan istilah Tuhan 17 kali, dan semuanya merujuk kepada Allah. Memang, suatu bukti lain bahwa Tuhan yang disebutkan di dalam Lukas 1:43 adalah Allah, ditemukan di dalam paralel antara Lukas 1 dan 2 Samuel 6.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Maria adalah Tabut Perjanjian Baru di samping juga adalah Bunda Allah.
Tabut Perjanjian Lama adalah Peti Suci yang disertai dengan kehadiran rohani Allah, awan kemuliaan-Nya. Tabut itu mengandung loh-loh batu suci yang bertuliskan sabda Allah, serta manna dari padang gurun, dan juga tongkat Harun yang melambangkan imamat agung yang sejati.
Nah, Maria mengandung Yesus Kristus.
Yesus adalah “Sabda” dari Allah sendiri – Yohanes 1 :1.
“Nama-Nya disebut, Sabda Allah."
- Wahyu 19:13
Manna sejati dari Surga, Yohanes 6:45-51 – dan imam agung sejati, Ibrani 3:1
“Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
- Yohanes 6:48-51
“…pandanglah Rasul dan Imam Besar pengakuan kita, Kristus Yesus…”
- Ibrani 3:1
Tabut Perjanjian Lama adalah suatu tipe dari Perawan Maria, sama seperti apa yang dikandungnya adalah suatu tipe dari Yesus Kristus.
Hal itu disebabkan oleh karena Maria adalah Tabut Perjanjian Baru. Pertimbangkanlah paralel yang mengejutkan antara bagaimana 2 Samuel 6 mendeskripsikan tabut Perjanjian Lama dan bagaimana Lukas bab 1 mendeskripsikan Maria.
Di dalam 2 Samuel 6:9:
Daud berkata: "Bagaimana tabut Tuhan itu dapat sampai kepadaku?"
- 2 Samuel 6:9
Di dalam Lukas 1:43, Elisabet berkata sehubungan dengan Maria:
Elisabet berkata: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
- Lukas 1:43
Pernyataan-pernyataan itu adalah paralel karena Kitab Suci mengidentifikasikan Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru. Di samping itu, di dalam 2 Samuel 6:9, Tuhan yang disebutkan adalah, tentunya, Allah. Demikian pula, di dalam Lukas 1:43, Tuhan yang disebutkan - sewaktu ayat itu berkata, ibu Tuhanku – adalah Allah Putra. Maria adalah Bunda Allah. Tetapi paralel antara Tabut Perjanjian Lama dan Maria terus berlanjut.
Di dalam 2 Samuel 6:16, kita membaca bahwa Daud meloncat di hadapan Tabut Perjanjian.
“Ketika tabut Tuhan itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan Tuhan…”
- 2 Samuel 6:16
Di dalam Lukas 1:41-44, kita membaca bahwa sang bayi melonjak saat Maria hadir.
“Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya. dan Elisabetpun… berseru… ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.”
- Lukas 1:41-44
Di dalam 2 Samuel 6:11, kita membaca bahwa Tabut Perjanjian tinggal bersama Obed-Edom selama tiga bulan.
“Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu...”
- 2 Samel 6:11
Di dalam Lukas 1:56, kita membaca bahwa Maria tinggal bersama Elisabet selama kira-kira tiga bulan.
“Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.”
- Lukas 1:56
Dan masih ada lagi. Di Wahyu 11:19, kita membaca bahwa Tabut Perjanjian Allah terlihat dan pada ayat yang berikutnya, Wahyu 12:1, kita membaca suatu gambaran tentang seorang wanita.
“Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu…”
- Wahyu 11:19
“Dan terlihatlah suatu tanda besar di langit, seorang wanita yang berselubungkan matahari…”
- Wahyu 12:1
Kepastian alkitabiah bahwa Maria adalah Tabut Perjanjian Baru juga ditegaskan oleh paralel antara Keluaran 40:35 dan Lukas 1:35. Kehadiran Allah menaungi Tabut Perjanjian Lama, sama seperti Yang Mahatinggi akan menaungi Maria.
“Dan Musa tidak dapat memasuki tabernakel kesaksian [di mana Tabut Perjanjian berada], sebab awan itu menaungi [επεσκιαζεν]-nya, dan tabernakel itu dipenuhi kemuliaan Tuhan.”
- Keluaran 40:35
“Jawab malaikat itu kepadanya [Maria]: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi [επεσκιαζεν] engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.’”
- Lukas 1:35
Kata dalam bahasa Yunani episkiadzo digunakan di kedua ayat – yakni, di dalam versi bahasa Yunani dari Lukas 1:35 dan di dalam terjemahan berbahasa Yunani dari Keluaran 40:35, yaitu Septuaginta – untuk menggambarkan bagaimana Allah turun ke atas masing-masing Tabut Perjanjian.
ἐπισκιάζω – menaungi
Di samping fakta bahwa Maria adalah Bunda Allah, Maria adalah Tabut Perjanjian Baru. Sama sekali tidak ada keraguan untuk hal ini. Fakta bahwa Maria yang mengandung Allah sendiri adalah Tabut Perjanjian Baru telah diakui oleh banyak Bapa-Bapa Gereja, termasuk St. Atanasius, seorang individu yang diklaim diakui oleh banyak orang Protestan sebagai seorang Kristen awal yang penting.
St. Atanasius, Homili tentang Papirus Turin, abad ke-4: “Ya Perawan yang mulia, memang engkau lebih agung dari keagungan yang lain. Sebab siapakah yang menyamai keagunganmu, ya tempat kediaman Allah sang Sabda? Dengan ciptaan mana, dari segala ciptaan, dapatkah aku membandingkan engkau, wahai Perawan? Engkau lebih agung dari mereka semua Wahai (Tabut) Perjanjian, yang berselubungkan kemurnian dan bukan emas! Engkaulah Tabut di mana ditempatkan bejana emas yang menyimpan manna sejati, yakni, daging di mana Allah bertempat.”
Fakta bahwa Maria adalah Tabut Perjanjian Baru mengisahkan banyak hal tentang dirinya. Tabut Perjanjian Lama adalah hal yang tersuci di Dunia di samping Allah sendiri. Kita membaca di 2 Samuel 6 bahwa Allah membunuh Uza karena ia menyentuh Tabut tersebut.
2 Samuel 6:5-7- “Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap. Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.”
Tentang peristiwa ini, R.C. Sproul, seorang Protestan, berkata:
R.C. Sproul, The Holiness of God [Kekudusan Allah], hal. 107: “Uza berpikir bahwa tangannya lebih bersih dari Bumi... Allah tidak ingin takhta kudusnya disentuh oleh sesuatu yang terkotori oleh kejahatan...”
Komentar Sproul menggambarkan dengan sangat baik mengapa Maria, dari mana Putra Allah mengambil kemanusiaan-Nya, harus dilindungi dari segala noda dosa asal.
“Dan Musa tidak dapat memasuki tabernakel kesaksian [di mana Tabut Perjanjian berada], sebab awan itu menaunginya, dan tabernakel itu dipenuhi kemuliaan Tuhan.”
- Keluaran 40:35
“Jawab malaikat itu kepadanya [Maria]: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”
- Lukas 1:35
Sama seperti Tabut Perjanjian Lama yang dibuat suci dan dibuat dari emas yang termurni, Maria, Tabut Perjanjian Baru, dikaruniai oleh Allah untuk tujuan dan peranannya yang unik, di mana ia diciptakan dalam keadaan tanpa dosa dan sempurna. Video kami Maria Tanpa Dosa, Dokumenter Kitab Suci membahas lebih banyak tentang hal itu.
Xαɩ̃ρε,
κεχαριτωμένη“Salam, hai engkau yang dikaruniai”
-Lukas 1:28
Tabut Perjanjian Lama juga memiliki kekuatan yang besar terhadap Iblis dan segala musuh Allah sewaktu Tabut itu menolong umat Allah, seperti juga Maria.
1 Samuel 5:2-4- “Orang Filistin mengambil tabut Allah itu, dibawanya masuk ke kuil Dagon dan diletakkannya di sisi Dagon. Ketika orang-orang Asdod bangun pagi-pagi pada keesokan harinya, tampaklah Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut Tuhan; lalu mereka mengambil Dagon dan mengembalikannya ke tempatnya. Tetapi ketika keesokan harinya mereka bangun pagi-pagi, tampaklah Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut Tuhan, tetapi kepala Dagon dan kedua belah tangannya terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu, hanya badan Dagon itu yang masih tinggal.”
1 Samuel 5:10- “Lalu mereka mengantarkan tabut Allah itu ke Ekron. Tetapi sesampai tabut Allah itu di Ekron, berteriaklah orang Ekron itu, demikian: ’Mereka memindahkan tabut Allah Israel itu kepada kita untuk mematikan kita dan bangsa kita.’"
Di dalam Yesaya 7:14, kita membaca:
“Seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, nama-Nya akan disebut: Imanuel [Allah beserta kita].”
- Yesaya 7:14
Kitab Suci mengajarkan bahwa Maria adalah Bunda dari Imanuel, Allah beserta kita.
Lukas 1:31-32 mengajarkan bahwa putra Maria adalah anak Allah Yang Mahatinggi.
“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki…Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi…”
- Lukas 1:31-32
Segala hal ini harusnya jelas sudah, tetapi pertimbangkanlah pula Galatia 4:4: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Putra-Nya, yang lahir dari seorang wanita.”
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Putra-Nya, yang lahir dari seorang wanita dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”
- Galatia 4:4-5
Perhatikan, untuk merujuk kepada Putra Allah, Galatia 4:4 mengajarkan bahwa Ia lahir dari wanita. Nah, seperti yang telah kita diskusikan, kodrat ilahi Yesus Kristus tidaklah berasal dari Maria. Yesus Kristus hanya terlahir dari seorang wanita di dalam kemanusiaan-Nya, tetapi Galatia 4:4 menyatakan bahwa sang Putra lahir dari wanita, karena apa yang dinyatakan tentang kemanusiaan Yesus dinyatakan tentang pribadi Allah Putra, sebab Ia adalah satu Pribadi Ilahi dengan dua kodrat.
“…sebelum Abraham ada, Aku ada.”
- Yohanes 8:58
“Yang Awal dan yang akhir, yang telah mati dan telah hidup kembali, mengatakan hal-hal ini…”
- Wahyu 2:8
Maka, Kitab Suci mengajarkan secara langsung bahwa sang Putra lahir dari Maria, yang, tentunya, membuat Maria sebagai Bunda Allah. Orang-orang yang menyangkalnya menolak Kitab Suci dan adalah bidah.
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Putra-Nya, yang lahir dari wanita dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”
- Galatia 4:4-5
Iman Kristiani mengakui dan mengajarkan bahwa Putra Allah memiliki dua kelahiran. Putra Allah dilahirkan dari segala keabadian di dalam kodrat ilahi-Nya dari Bapa. Perhatikan baik-baik bahwa Putra tidak diciptakan oleh Bapa. Putra itu abadi – tetapi Ia dilahirkan dari Bapa dari segala keabadian. Itulah bagian dari misteri Allah Tritunggal.
Harus dicatat pula bahwa hanya terdapat satu kodrat ilahi, satu esensi ilahi, satu hakikat ilahi. Itulah mengapa hanya ada satu Allah. Ketiga pribadi dari Allah Tritunggal hanya memiliki satu kodrat ilahi yang esa dan yang sama, oleh karena itu Allah yang Mahaesa adalah Allah Tritunggal, dan masing-masing pribadi-Nya adalah Allah. Tetapi hanya ada satu Allah.
“Ketiga pribadi ini adalah satu Allah yang esa, bukan tiga allah, karena ketiga-Nya memiliki satu hakikat, satu esensi, satu kodrat, satu keilahian, satu ketidakterbatasan, satu keabadian, dan segala hal ini satu adanya, di mana tidak terdapat oposisi relasi. ‘Oleh karena kesatuan ini, Bapa sepenuhnya utuh di dalam Putra, sepenuhnya utuh di dalam Roh Kudus, Putra sepenuhnya utuh di dalam Bapa, sepenuhnya utuh di dalam Roh Kudus, Roh Kudus sepenuhnya utuh di dalam Bapa, sepenuhnya utuh di dalam Putra. Tidak satu pun mendahului yang lain-Nya oleh keabadian-Nya atau tidak satu pun melebihi yang lain dalam keagungan atau tidak satu pun melampaui yang lain dalam kuasa…’”
“… satu Allah yang esa dan sejati, Mahakuasa, yang tidak dapat berubah dan abadi; Bapa, Putra, dan Roh Kudus; satu dalam hakikat, tiga dalam pribadi, Bapa tidak dilahirkan, Putra dilahirkan oleh Bapa, Roh Kudus berasal dari Bapa dan dari Putra; Bapa bukanlah Putra atau Roh Kudus, Putra bukanlah Bapa atau Roh Kudus, Roh Kudus bukanlah Bapa atau Putra, tetapi Bapa hanyalah Bapa, Putra hanyalah Putra, Roh Kudus hanyalah Roh Kudus….”
- Paus Eugenius IV, Konsili Florence
“Cantate Domino”, 1441, ex cathedra
Putra Allah dilahirkan dari Bapa dari segala keabadian. Dan Roh Kudus secara abadi berasal dari Bapa dan Putra.
“Jika Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku karena Aku datang dan berasal dari Allah.”
- Yohanes 8 :42
“Aku berasal dari Bapa dan telah datang ke dalam dunia…”
- Yohanes 16 :28
Putra adalah Putra dan Bapa adalah Bapa, persisnya karena Putra berasal dari Bapa dari segala keabadian di dalam kodrat ilahi-Nya.
Tetapi, Putra Allah memiliki suatu kelahiran lain – yakni, di dalam waktu, di dalam kemanusiaan-Nya – dari Maria. Karena apa yang dinyatakan tentang kemanusiaan Putra sungguh-sungguh dinyatakan tentang pribadi-Nya, Maria adalah Bunda Allah dan orang-orang yang menyangkal kenyataan ini bukan orang Kristen.
Seperti yang dinyatakan secara benar oleh Konsili Kalsedon:
“…kami semua mengajarkan dengan suara bulat bahwa kami mengakui satu Putra yang esa dan sama, Tuhan kita Yesus Kristus, Putra yang sama ini sempurna di dalam keilahian, dan Putra yang sama ini sempurna di dalam kemanusiaan, Putra yang sama ini adalah Allah sejati dan manusia sejati yang memiliki sebuah jiwa rasional dan tubuh yang sungguh manusiawi, sehakikat dengan Bapa seturut keilahian, dan Putra yang sama ini sehakikat dengan kita seturut kodrat manusiawi, sepenuhnya seperti kita kecuali dalam hal dosa, sebelum segala abad dilahirkan dari Bapa seturut keilahian, dan pada hari-hari terakhir, Putra yang sama ini dilahirkan demi kita dan keselamatan kita dari Perawan Maria, Bunda Allah, seturut kemanusiaan, Kristus, Putra, Tuhan yang satu dan yang sama, Putra Tunggal yang dilahirkan, yang diakui di dalam dua kodrat, tanpa pencampuran, tanpa perubahan, tanpa pembagian maupun pemisahan, perbedaan dari kodrat-kodrat-Nya sama sekali tidak terhapuskan akibat persatuan itu tetapi, kekhasan dari kodrat yang satu dan kodrat yang lain, sebaliknya terjaga dengan baik, dan bersatu di dalam satu pribadi serta satu hipostasis, satu Kristus yang tidak terpecah-pecah maupun terbagi-bagi dalam dua pribadi, melainkan satu Putra yang esa dan sama, Putra Tunggal yang dilahirkan, Allah sang Sabda, Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana yang telah diajarkan sejak permulaan oleh para nabi tentang-Nya dan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri kepada kami, dan yang telah diwariskan kepada kami oleh Syahadat para bapa kami.”
- Konsili Kalsedon, 451
0 Komentar